Selasa, 23 Mei 2017

Antara Manchester Arena dan Kampung Melayu: Bahaya Radikalisme dan Terorisme

Senin 22 Mei 2017 serangan bom bunuh diri terjadi di Manchester Arena tempat dimana Ariana Grande beraksi dalam konser musiknya. Korban tewas mencapai 22 orang dan sekitar 120 orang luka-luka, tidak lama kemudian polisi Inggris melakukan serangkaian penangkapan terhadap orang-orang yang diduga tahu atau merupakan bagian dari jaringan teroris (baca: Manchester Evening News). Rabu 24 Mei 2017 serangan bom bunuh terjadi di kawasan terminal Kampung Melayu yang menewaskan 5 orang yakni 3 orang polisi dan 2 orang terduga pelaku bom bunuh diri serta belasan orang luka-luka (baca: BBC Indonesia).

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari dua peristiwa yang berjauhan lokasinya namun berdekatan waktu serangannya serta kesamaan modus bom bunuh diri tersebut?


Terulangnya serangan teror bom bunuh diri dari waktu ke waktu merupakan cerminan bahaya serangan teror tetap mengintai kita semua meskipun aparat keamanan khususnya Polisi dan Intelijen telah bekerja keras melakukan upaya pencegahan dan pengungkapan jaringan teroris. Inggris sebagai negara maju dengan berbagai kemampuan counter terornya yang tinggi harus mengakui bahwa serangan sederhana baik dari jaringan teroris maupun yang sifatnya sendirian (lone wolf) telah berulang kali terjadi. Indonesia sebagai negara yang menuju menjadi negara besar dan maju juga mengalami serangan teror yang berulang kali. Kesimpulan pertama adalah bahwa teror bom bunuh diri dapat terjadi di manapun. Mencermati perkembangan situasi konflik di wilayah Timur Tengah, maka ancaman teror akan terus mengintai tanpa kenal lelah mejerumuskan generasi muda Muslim yang kurang ilmu agama atau tidak stabil secara mental untuk menjadi pelaku bom bunuh diri. Logika perjuangan "dunia Islam" yang dipersonifikasikan ke dalam aksi individu-individu yang melakukan serangan bom bunuh diri bukan saja menyesatkan para pelakunya, melainkan juga membingungkan masyarakat karena polanya yang tidak ajeg. Ketika serangan menimpa aparat keamanan seperti petugas Polisi atau simbol-simbol aparat keamanan lainnya, mungkin saja motifnya "balas dendam". Namun ketika serangan menimpa masyarakat biasa yang kebetulan berada di keramaian, maka motifnya menjadi kurang jelas apakah semata-mata membawa mimpi buruk kepada masyarakat yang ditargetnya ataukah karena ketidakberdayaan menghadapi aparat keamanan.

Blog I-I tidak bosan-bosannya mengingatkan ancaman serangan teror yang masih akan terus mengintai Indonesia selama konflik di Timur Tengah terus berlangsung baik di Suriah, Irak, Libya, Yaman, maupun di wilayah lainnya. Disadari ataupun tidak, konflik-konflik berdarah tersebut membawa dampak penderitaan yang dalam karena terlalu banyaknya kematian. Semakin lama konflik berjalan, maka semakin lama pula dampak penderitaan tersebut. Mereka yang langsung merasakan dampak dari konflik berdarah memiliki alasan dalam meradikalisasi dirinya agar kuat militan dalam berjuang di wilayah konflik. Namun mereka yang bersimpati juga dapat terjangkiti emosi kemarahan, kebencian, dan perasaan paling benar bila terseret ke dalam pusaran konflik berdarah. Misalnya saja mereka yang ikut bergabung dengan kelompok-kelompok yang berkonflik di Timur Tengah, sebut saja misalnya ISIS dan organisasi yang berafiliasi kepadanya. Dari simpati, lama kelamaan menjadi keyakinan dan ketika menyaksikan dunia yang terus berputar tanpa peduli kepada ISIS, maka lahir apa yang disebut sebagai penolakan terhadap realita kehidupan. Hal itulah yang memudahkan langkah untuk mengakhiri kehidupan dengan bom bunuh diri.

Hanya orang-orang yang lemah dan sedikit ilmunya yang melakukan aksi bom bunuh diri. Sementara para pemimpin gerakan teroris atau yang melakukan rekrutmen dalam rangka radikalisasi sangat jarang mau melakukan aksi bom bunuh diri dengan alasan mereka diperlukan untuk gerakan. Kesimpulan kedua adalah bahwa baik di Inggris maupun di Indonesia sumber daya manusia yang berjiwa lemah dan sedikit berilmu agama sangat banyak sehingga kemungkinan serangan bom bunuh diri tidak akan mereda dari waktu ke waktu. Mati satu tumbuh seribu karena sumber daya manusianya akan ada terus. Apakah mereka tidak terdeteksi oleh intelijen? Andaipun terdeteksi, sangat sulit dalam memastikan apakah suatu serangan akan terjadi, kapan dan dimana.

Bagaimana mengatasinya? Setidaknya ada dua cara yang secara simultan harus terus berlangsung dari waktu ke waktu. Yakni dari sisi sumber daya manusiannya perlu diputus atau dihilangkan kemungkinan masih tersedianya pemuda/i yang mudah tertipu sehingga rela ikhlas melakukan aksi bom bunuh diri. Kedua dari sisi operasi intelijen dan penegakkan hukum, sudah waktunya Indonesia mengembangkan operasi yang lebih masif dan berkelanjutan. Negara demokrasi seperti Indonesia dan Inggris memang selalu dibayangi oleh prinsip-prinsip demokrasi yang kadangkala justru dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan para teroris untuk ikut berlindung dibalik Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, khusus dalam konteks Indonesia, perlu diakui bahwa Islam adalah salah satu pilar besar dalam kehidupan berbangsa dan benegara. Hal ini memerlukan leadership yang kuat dari Pemerintah dalam mendorong umat Islam Indonesia menjadi umat yang moderat (bukan munafik). Tantangan ini tidak akan pernah berakhir selama konflik di Timur Tengah berlangsung, karena mereka yang masuk dalam jaringan teror maupun yang meradikalisasi dirinya sendiri dapat dipastikan berkiblat kepada dinamika keamanan, sosial dan politik di Timur Tengah.

Baik bom Manchester maupun bom Kampung Melayu merupakan teror kemanusiaan yang tidak cukup direspon dengan kampanye melawan terorisme atau menyatakan kita kuat. Apa yang dilakukan aparat keamanan Inggris maupun Indonesia dengan serangkaian penangkapan adalah pelaksanaan tugas secara profesional. Namun hal itu sifatnya terbatas pada kasus yang sedang diselidiki. Bagaimana dengan potensi dan ancaman lainnya? Itulah sebabnya diperlukan kerjasama erat dengan masyarakat luas dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap kelompok atau jaringan radikal dan teroris yang bersembunyi di tengah-tengah masyarakat.

Sekian, semoga bermanfaat
Salam Intelijen
Dharma Bhakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar